Pasukan itu berbondong memenuhi gurun. Para panglima
menunggang gajah-gajah perang di depan. Ribuan prajurit bersenjata lengkap
mengiring di belakang. Mereka terus maju. Menuju wilayah Hijaz.
Inilah pasukan Abrahah. Penguasa wilayah Yaman. Sang raja
ingin memindahkan pusat haji ke Ibukota Yaman. Pada sebuah kuil yang dia bangun
sebagai tandingan Kabah. Sehingga berparadelah para tentara itu pada tahun 570
Masehi. Tujuannya satu: memusnahkan Kabah.
Namun celaka bagi mereka. Langkah belum lagi selesai. Kabah
yang dituju belum tergapai. Mereka justru harus musnah di tengah jalan. Ketika
burung Ababil terbang memenuhi langit.
Melempar batu-batu panas dari neraka, yang melelehkan dan meluluhlantakan
pasukan itu.
Itulah sepenggal kisah kolosal tentang Kabah. Cerita yang
tersurat dalam Alquran, Surat Al-Fiil, Ayat 1 hingga 5. Hingga kini, Kabah yang
hendak dihancurkan pada tahun kelahiran Nabi Muhammad itu tetap berdiri.
Menjadi kiblat ibadah umat Muslim di sekujur dunia.
Tanpa Atap
Para sejarawan memiliki pendapat berbeda tentang siapa yang
membangun Kabah. Ada yang menyebut Kabah dibangun malaikat, Nabi Adam, hingga
Nabi Sis. Yang jelas, dalam Surat Al Baqarah Ayat 121 hingga 127, tertulis
Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk membangun sebuah kuil untuk tempat
ibadah.
Nabi Ibrahim membangun Bait Suci itu bersama anaknya, Nabi
Ismail. Bebatuan yang menyusun dinding itu diambil dari bukit-bukit di sekitar.
Bangunan itu hanya terdiri dari empat dinding, tanpa atap. Sementara dua pintu
dibuat dengan batas bawah sejajar tanah.
Setelah bangunan itu jadi, Nabi Ibrahim menyeru orang-orang
untuk menjadikan Kabah sebagai tempat memuja Allah, Tuhan yang Esa. Namun
seruan itu tak dijalankan. Umat kala itu malah menempatkan berhala sesembahan
mereka ke Kabah. Dan Nabi Ibrahim membersihkannya. Sepeninggal Nabi Ibrahim,
Kabah kembali diisi dengan berhala selama beratus-ratus tahun kemudian.
Selama beratus-ratus tahun berikutnya, Kabah dijadikan
sebagai tempat ziarah oleh umat kala itu. Dan setelah Islam turun, Kabah
dijadikan sebagai tempat menunaikan rukun Islam ke lima, yaitu berhaji.
Dirombak Total
Seiring berjalannya waktu, Kabah telah mengalami sejumlah
rekonstruksi karena kerusakan, baik akibat bencana maupun ulah manusia. Para
sejarawan yakin Rumah Allah itu setidaknya telah mengalami 12 kali
rekonstruksi. Dan yang berdiri saat ini bukanlah bangunan asli yang dibuat Nabi
Ibrahim dan Ismail.
Saat membangun Kabah, Nabi Ibrahim dan Ismail tak membuat
daun pintu. Pintu itu pertama kali dibangun oleh Raja Hassan bin Tubaan As’ad
Abu Karib dari Suku Himyar, yang berkuasa di Yaman dari 390 M hingga 420 M.
Selain pintu, Tubaan juga membuat kuncinya.
Rekonstruksi besar terjadi 30 tahun setelah Tahun Gajah.
Atau lima tahun sebelum masa Kenabian Muhammad. Kala itu bangunan Kabah rusak
akibat banjir bandang yang melanda Mekah. Sehingga bangunan itu dirobohkan
untuk dibangun kembali. Kabah dirombak total.
Orang-orang Quraisy yang berkuasa di Mekah kala itu membuat
kesepakatan, hanya harta halal yang boleh digunakan untuk membangun kembali
Kabah. Kesepakatan itu dijalankan.
Namun persyaratan tersebut ternyata membuat pembangunan
Kabah tak bisa dilakukan sesuai dengan pondasi awal. Dana halal yang mereka
kumpulkan rupanya kurang. Sehingga, bangunan Kabah yang semula persegi panjang
dipendekkan hingga menyerupai bujur sangkar.
Sementara, bagian Hijir Ismail atau pondasi yang tidak
dibangun kembali, diberi tanda tembok rendah dengan bentuk setengah lingkaran.
Pada rekonstruksi itu pula dibangun atap. Tiga pilar
dipasang di dalam Kabah, menopang atap. Renovasi kala itu juga menutup pintu di
sebelah barat. Sementara pintu sebelah timur ditinggikan. Batas bawah pintu
yang semula sejajar dengan tanah ditinggikan sekitar tujuh kaki.
Jadilah Kabah seperti sekarang ini. Tingginya sekitar 60
kaki, dan lebar masing-masing sisinya sekitar 60 kaki juga. Menyerupai sebuah
kubus.
Setiap sudut dinding Ka’bah memiliki nama, yaitu Rukun Iraqi
(sudut yang menghadap Irak), Rukun Syami (sudut yang menghadap ke Syam), Rukun
Yamani (sudut yang menghadap ke Yaman), dan Rukun Aswad (sudut yang di dalamnya
terdapat Hajar Aswad).
Sejak rekonstruksi zaman Nabi, telah terjadi rata-rata satu
rekonstruksi utama setiap beberapa abad. Renovasi terakhir terjadi pada tahun
1996 dan sangat menyeluruh, yang mengarah ke penggantian banyak batu dan
kembali memperkuat pondasi dan atap baru.
Renovasi itu -semoga saja- menjadi rekonstruksi terakhir
selama berabad-abad, sebab dilakukan dengan menggunakan teknik modern, sehingga
bangunan ini lebih aman dan stabil dibandingkan sebelumnya.
Jadi Kiblat
Sebelum menghadap Kabah, kiblat pertama umat Muslim adalah
Baitul Maqdis di Yerusalem. Kaum Yahudi menyambut baik karena arah kiblat
mereka sama. Kaum Yahudi bahkan berambisi mengajak Nabi Muhammad bersama
mereka.
Nabi Muhammad sebenarnya lebih suka salat menghadap kiblat
yang dipakai Nabi Ibrahim, yaitu Kabah. Sehingga, saat masih di Mekah, Nabi
Muhammad selalu salat di sebelah selatan Kabah. Sehingga bisa menghadap ke
Kabah sekaligus Masjidil Aqsa saat salat.
Tetapi, cara itu tak bisa dilakukan setelah melakukan hijrah
ke Madinah. Jika menghadap ke Masjidil Aqsa, mau tak mau Kabah akan berada di
belakang. Sehingga Nabi Muhammad meminta petunjuk. Dan turunlah wahyu, Surat Al
Baqarah Ayat 144, yang memerintahkan Nabi Muhammad salat menghadap Kabah.
Perubahan arah kiblat itu terjadi setelah 16 bulan hijrah,
pada pertengahan bulan Rajab tahun ke dua Hijriyah. Salat pertama kali yang
dilakukan Nabi Muhammad setelah kiblat berubah ke Kabah adalah shalat Zuhur di
Bani Salamah, sedangkan shalat Ashar di Masjid Nabawi.
Nabi Muhammad sungguh senang dengan perubahan arah kiblat
itu. Namun tidak bagi Yahudi. Mereka mengolok-olok Nabi dan umat Muslim.
Ketika ada yang mempertanyakan sebab perubahan kiblat, Allah
mengajarkan jawaban kepada Nabi Muhammad melalui Surat Al Baqarah Ayat 143:
“Dan Kami tidak menjadikan kiblat yang menjadi kiblatmu
(sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti
Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat
berat, kecuali bagi beberapa orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, dan
Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang kepada manusia.”
Nyaris Perang Antarsuku
Salah satu bagian Kabah yang memilki kisah panjang adalah
Hajar Aswad. Batu yang disebut berasal dari surga itu banyak diperebutkan
orang.
Bahkan, saat dilakukan renovasi yang mengubah total bentuk
Kabah pada Zaman sebelum Kenabian, hampir terjadi pertumpahan darah.
Gara-garanya, semua suku berebut untuk meletakkan Hajar Aswad ke posisinya.
Mengangkat Hajar Aswad dan menempatkan ke posisi semula memang menjadi sebuah
kehormatan bagi suku-suku itu.
Dan sesepuh Suku Quraisy kemudian mengambil jalan tengah.
Mereka bersepakat menyerahkan keputusan peletakan Hajar Aswad kepada orang
pertama yang masuk ke Masjidil Haram. Dan ternyata orang pertama itu adalah
Nabi Muhammad.
Dengan bijak, Nabi Muhammad memutuskan batu hitam itu dibawa
dengan menggunakan kain sehingga setiap kepala suku yang berebut itu bisa
membawa batu itu secara bersama-sama. Sehingga pertumpahan darah bisa
dielakkan.
Semula, Hajar Aswad adalah sebuah batu utuh berdiameter
sekitar 30 sentimeter. Namun, setelah terjadi peristiwa, batu itu pecah dan
tersisa delapan keping batuan. Pecahan-pecahan itul kemudian disatukan dengan
bingkai perak, lalu dipasangkan ke tempat asalnya.
Semua sepakat yang menyebabkan terpecah-belahnya Hajar Aswad
itu adalah kelompok Ismailiyah Bahrain yang disebut Qarmatians yang melakukan
invasi ke Mekah. Mereka menyatakan ibadah haji merupakan tindakan tahayul.
Mereka juga membunuh sekitar 70 ribu jamaah haji dan membuang tubuh mereka ke
sumur Zamzam.
Tak puas dengan tindakan biadab itu, mereka mengambil Hajar
Aswad. Mereka menguasai Hajar Aswad selama 22 tahun sejak tahun 317 Hijriyah.
Kemudian meminta tebusan hingga akhirnya dipaksa menyerahkan batu itu oleh
Khalifah Abassiah.
Saat dikembalikan, batu itu sudah terpecah-pecah. Dan
satu-satunya cara untuk menjaga batu itu tetap utuh adalah mengikat mereka
dengan kerangka perak. Beberapa sejarawan menceritakan bahwa masih ada beberapa
bagian dari batu itu yang hilang.
0 comments:
Post a Comment