Hari Jumat saat terik matahari mulai menyengat, Dewi dan
Isya mulai menyiapkan makanan untuk warung Shodaqoh. Warung ini khusus fakir
miskin dan kaum duafa di jalan Gedongkuning Yogyakarta.
Pukul 11.00 WIB beberapa pelanggan setia yang kebanyakan
tukang becak, pemulung, tukang parkir, tunawisma dan lainnya sudah berdatangan.
Mereka antre di warung yang hanya berdiri di trotoar dengan atap terpal.
"Ini gratis mas," kata Dewi pegawai warung
Shodaqoh.
Sembari melayani langganan mereka, Dewi bercerita tentang
warung yang hanya buka pada hari Jumat mulai pukul 11.00 WIB sampai pukul 13.00
WIB tersebut.
"Ini yang punya ibu Yuniana Oktoviati, yang punya usaha
batu alam, kebetulan ibu sedang pergi ke Jakarta. Warung ini sudah setengah
tahun berjalan, dan gratis untuk orang yang tidak mampu," ujarnya.
Dia menjelaskan, bahwa mulanya warung tersebut dibuat setelah
sang pemilik terinspirasi dengan sebuah warung di Jawa Barat, yang memberikan
makanan gratis setiap hari Jumat untuk orang-orang tidak mampu.
"Kalau nggak salah ibu itu bikin karena ada yang sudah
bikin lebih dulu, ibu baca di internet. Saya nggak tahu pastinya, karena cuma
pegawai saja di sini," jelasnya.
Setiap Jumat warung Shodaqoh menyediakan 100 sampai 150
porsi makanan. Menunya pun bervariasi, mulai dari telur, lele, sop, sampai ayam
bergantian disajikan setiap Jumat.
"Kebetulan hari ini ayam, kami berdua yang masak,"
ungkapnya.
Gunawan, salah seorang tukang becak yang mengaku kerap
datang ke warung Shodaqoh. Jika dihitung sudah lebih dari enam kali dia datang
ke warung Shodaqoh.
"Sudah lebih enam kali, biasanya saya makan di sini,
dapat gratis, enak juga makanannya," ungkapnya.
Sementara Rahmat, seorang tunawisma juga mengaku sudah kerap
datang ke warung Shodaqoh. Setiap Jumat dia bersama seorang temannya sengaja
datang ke warung Shodaqoh untuk mendapat makanan gratis.
"Setiap hari Jumat saya ke sini, kadang dibungkus
kadang makan disini," katanya singkat.
0 comments:
Post a Comment