Pengemis dan gelandangan saat ini seakan sudah menjadi
profesi yang marak digandrungi oleh banyak orang. Selain bisa dilakukan dengan
cara yang mudah, mengemis juga bisa mendatangkan banyak uang dalam waktu yang
singkat.
Tidak jarang pengemis dan gelandangan menyebabkan kerugian
bagi masyarakat. Bukan hanya karena bisa mengganggu kenyamanan umum, memberi
uang kepada pengemis pun bisa menimbulkan rasa malas untuk bekerja.
Oleh karena itu, Pemerintah Kota Sukabumi mengimbau kepada
masyarakat agar tidak memberikan uang kepada pengemis. Alasannya karena tidak
mendidik dan juga akan menyulitkan pemerintah dalam menertibkan para pengemis.
"Salah satu cara untuk menghentikan aktivitas gelandangan
dan pengemis adalah masyarakat tidak memberi uang, apabila ingin menyumbangkan
sebagian rizkinya lebih baik kepada anak yatim atau jompo yang tidak memiliki
penghasilan," ungkap Kepala Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Sukabumi,
Deden Solehudin, seperti dilansir Antara, Selasa (3/3).
Maraknya keberadaan pengemis di Kota Sukabumi tidak lepas
dari masyarakat yang masih iba dengan pengemis yang berpura-pura kesusahan
padahal pendapatannya bisa melebihi gaji dari seorang PNS. Bahkan beberapa
pengakuan pengemis ada yang berpenghasilan hingga Rp 300 ribu/hari.
"Kami harap masyarakat tidak ada rasa iba lagi kepada
pengemis sebagai bentuk pembelajaran, karena mayoritas pengemis dan gelandangan
masih berusia produktif bahkan lengkap dan sehat panca inderanya," tambah
Deden.
Sementara, Kepala Seksi Penegakan Perda (Peraturan Daerah)
dan Peraturan Kepala Daerah Satpol PP Kota Sukabumi, Sudarajat, mengatakan
berdasarkan pengakuan para pengemis, penghasilan dalam setiap bulannya cukup
besar yakni bisa mencapai Rp 15 juta. Bahkan ada beberapa pengemis yang
memiliki rumah megah dan memiliki dua istri.
Menurutnya, penghasilan pengemis dalam setiap harinya bisa
mencapai antara Rp 750 ribu hingga Rp 800 ribu, terlebih pada hari-hari besar,
penghasilan para pengemis tersebut ada yang mencapai Rp 1 juta.
0 comments:
Post a Comment