anas effendi usai bertemu dengan Ahok |
Wali Kota Jakarta Barat Anas Effendi menjadi salah satu
'aktor' saat mediasi antara Pemprov DKI Jakarta dengan DPRD DKI membahas APBD
2015. Adalah Anas yang dibentak Ahok saat diminta menjelaskan soal adanya dana
siluman.
Usai rapat yang berakhir buntu itu, wajah mantan wali kota
Jakarta Selatan itu tampak pucat. Anas sempat berkumpul dengan para kepala SKPD
usai acara yang berlangsung di gedung Kemendagri, Jakarta, Kamis (5/3).
Anas kemudian bergeser menuju bus 'Enjoy Jakarta' yang
membawanya bersama rombongan pejabat Pemprov DKI ke gedung Kemendagri. Dia
tampak termenung, syok sambil menikmati sebatang rokok. Pandangannya menerawang
seolah mengingat kejadian saat rapat berlangsung panas sebelumnya.
Anas tak sadar dan cuek saat sejumlah wartawan
menghampirinya. Namun saat para jurnalis sudah di dekatnya, Anas langsung
bergegas masuk ke dalam bus tanpa berkata apa-apa. Dia tidak menanggapi sama
sekali pertanyaan para wartawan yang ingin mengonfirmasi.
Sementara para pejabat SKPD DKI lain yang mengobrol dengan
Anas, seperti Kepala Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Gamal
Sinurat dan Wali Kota Jakarta Pusat Mangara Pardede yang masih berada di
lokasi. Mereka menolak mengomentari perihal apa yang terjadi di dalam ruang
rapat.
Sebelumnya, rapat mediasi yang dilakukan Kementerian Dalam
Negeri berakhir panas saat Sekjen Kemendagri Yuswandi Temenggung memberikan
kesempatan kepada Ahok untuk memberikan penutup.
Mantan Bupati Belitung Timur ini mengatakan, dalam
pembahasan APBD DKI Jakarta pihaknya tidak melakukan diskriminasi kepada
anggota dewan. Namun dia meminta untuk melakukan pengawasan.
"Saya perlu katakan sekali tidak mendiskriminasi dan
meminta SKPD mengawasi pembahasan. Yang saya minta jangan menginput yang bukan
hasil pembahasan. Saya mau tanya pada beliau ini, ini sesuai pembahasan atau
tidak. Coba tolong angkat tangan," katanya kepada SKPD yang berada di
dalam ruang pertemuan di Kantor Kemendagri, Kamis (5/3).
Namun belum dijawab oleh SKPD, Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta
Abraham Lunggana memotong pembicaraan tersebut. Dia tidak terima karena
kemarin, Rabu (4/3), Ahok mengumpulkan lurah dan camat untuk menandatangani
angket. Tujuannya untuk memilih mana APBD yang mereka usulkan, apakah versi
Pemprov DKI atau DPRD DKI.
"Inikan setelah bapak kumpulin kemarin. ini pokoknya
hasil pembahasan. Ini sesuai peraturan apa enggak," potongnya.
Dengan santai Ahok menjawab, "Ini sesuai
peraturan."
Namun, anggota dewan yang hadir tampak tidak terima. Bahkan
mereka membantah semua pernyataan yang disampaikan Ahok hingga Ahok tidak dapat
berbicara.
Untuk memecah keramaian tersebut, Ahok meninggikan nada
bicaranya dan menunjuk Walikota Jakarta Barat Anas Effendi untuk menjawab
pertanyaannya.
"Apakah Anda membahas UPS Rp 4,2 miliar per kelurahan
di Jakarta Barat, jawab!" ucap Ahok dengan nada tinggi.
Anas akhirnya berdiri, namun belum sempat menyatakan satu
kata pun, anggota dewan yang tidak terima dengan pertanyaan Ahok berteriak dan
memintanya lebih tenang.
"Pak Gub Saya kira bapak bisa menahan emosi bapak.
Jangan teriak-teriak Pak Gub. Jangan kayak preman Pak gubernur," kata
salah satu anggota dewan dengan nada yang tidak kalah tinggi.
"Saya minta tolong ini rapat kita," timpal
Yuswandi.
"Bapak gubernur apa preman?!" sahut anggota dewan
yang lain.
Berdasarkan pantauan merdeka.com dalam video tersebut,
kondisi ricuh tak terkendali. Beberapa anggota dewan berdiri dan meneriaki Ahok
tanpa menggunakan alat pengeras suara.
"Saya mohon kita rapat dengan tertib. Saya nyatakan ini
proses evaluasi ditutup," ujar Yuswandi.
"Saya kira kami sudah cukup dengan materi yang bapak
ibu sampaikan. Jadi terima kasih, pak gub, wagub dan pimpinan dewan dan SKPD.
Dan saya sekali lagi terima kasih," tambahnya.
Setelah rapat ditutup, Ahok sempat melakukan jabat tangan
dan cipika cipiki dengan Yuswandi. Lalu dia keluar melalui pintu belakang
dengan pengawalan.
Seakan tidak terima anggota dewan masih meneriaki Ahok yang
coba meninggalkan ruangan.
"Woi anjing!" kata salah satu anggota dewan yang
hadir.
"Sangat memalukan. Lawan... lawan..!" sahut
anggota dewan lainnya.
Tampak Wakil Ketua DPRD Abraham Lunggana alias Haji Lulung
dan anggota Komisi E dari Fraksi Hanura Fahmi Zulfikar marah kepada kepala
SKPD. Namun para kepala dinas hanya tersenyum tidak menimpalinya.
"Hasil pembahasan kok bilang enggak boleh,"
celetuk Lulung.
"Jabatan itu sementara, ini harga diri," timpal
Fahmi dengan emosi.
0 comments:
Post a Comment