Produsen batu bara diyakini ingin menambah
pasokan emas hitam itu untuk PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Ini menyusul
harga batu bara di dunia terus melesu.
"Produsen batubara ingin banget jual ke PLN. Tapi PLN belum
mampu menyerap batu bara dalam negeri, hanya 70 juta-80 juta ton" kata
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa
saat diskusi mingguan dihelat merdeka.com, Radio Republik Indonesia, Ikatan
Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI), dan Institut Komunikasi Nasional (IKN)
bertajuk "Energi Kita: Di balik kenaikan tarif listrik", Jakarta,
Minggu (15/3).
Ketidakmampuan
PLN menyerap, lanjut Fabby, membuat 80 persen batu bara nasional di jual ke
luar negeri. Secara rata-rata produksi batu bara nasional mencapai 400 juta ton
pertahun.
Maka itu,
dia mendorong, pemerintah memercepat pembangunan pembangkit listrik
berkapasitas 35 ribu megawatt.
Menurut
Fabby, kebutuhan pembangkit listrik akan batu bara tahun ini masih sekitar 82
juta ton.
Sekedar
informasi, dari 35 ribu mw sebanyak 25 ribu mw diantaranya pembangkit listrik
tenaga uap (PLTU). Jika itu terealisasi pada 2019, maka kebutuhan batu bara
bakal mencapai 100 juta ton per tahun. Ini dengan asumsi pembangkit listrik 1
mw butuh 4 ribu ton batu bara per tahun.
Saat ini,
Kementerian ESDM sudah mewajibkan produsen pemegang kontrak Perjanjian Karya
Pengusahaan Pertambangan Batu Bara (PKP2B) generasi pertama hingga empat untuk
memasok memasok batu bara ke PLN. Namun, kewajiban pasok itu masih tersendat
lantaran produsen dan PLN belum sepakat soal harga.
0 comments:
Post a Comment