Kafe bukanlah hal baru di Indonesia. Ratusan kafe kita bisa
temukan di setiap sudut kota-kota besar di Indonesia. Selain menjamur, geliat
usaha kafe bisa dikatakan cukup menjanjikan.
Tapi yang tak lazim adalah soal penamaan kafe tersebut.
Entahkah maksud agar laku, beberapa nama kafe ini berbau porno dan bersimbolkan
nazi. Pemiliknya mengaku, penamaan itu adalah sebuah usaha kreatif untuk
menarik perhatian pengunjung. Namun tentu saja, usaha kreatif mereka mendapat
reaksi masyarakat yang tak sedikit.
Beberapa nama kafe ini memicu kontroversi dan polemik di
masyarakat. Bahkan ada yang mendunia. Apa saja? Berikut rangkumannya:
1.Kafe bernuansa Nazi
di Bandung bikin gempar dunia
- Kafe bernuansa Nazi menjadi sorotan beberapa media asing.
Kafe bernama Soldatenkaffe yang terletak di Pertokoan Paskal Hypersquare Blok A
45, Kecamatan Andir, Kota Bandung, dianggap menyinggung sebagian orang
khususnya masyarakat luar negeri.
Kafe empat lantai itu memang kental nuansa militer Jerman
era perang dunia kedua. Beberapa barang yang diduga memang peninggalan Nazi
Jerman dipajang sebagai aksesoris kafe. Kafe itu memiliki tagline 'der
Kommandantur Gross'.
Pemilik kafe 'Nazi' Soldatenkaffe, Henry Mulyana (35) merasa
dirugikan dengan pemberitaan yang menuding kafenya sebagai penganut Nazi.
Pemberitaan tersebut jauh dari maksud dan tujuan awal didirikannya kafe
bertagline der Kommandantur Gross pada 2011 lalu. Tak ingin terus disudutkan
dia memilih menutup bisnis kulinernya itu. Namun pada pertengahan 2014, kafe
itu kembali dibuka, masih dengan tema militer namun tidak didominasi Nazi.
Henry berkisah sejak 2006 lalu memang menyukai aksesoris
Perang Dunia II dari sisi Jerman. Dari situ dia mengumpulkan satu demi satu
aksesori mulai dari baju perang, foto, pernak-pernik tentang militer.
"Saya tidak semata mengumpulkan baju-baju perang dari
Jerman, tapi Indonesia, Jepang juga saya punya," kata Henry dalam jumpa
pers di Soldatenkaffe Bandung, Sabtu (20/7/2013).
Berangkat dari hobi, Henry berpikir membuka galeri sekaligus
lahan bisnis lalu dibukalah Soldatenkaffe dua tahun silam. Pemilihan kata
Soldaten sendiri memiliki arti kafe untuk serdadu yang secara lugas mengangkat
sejarah militer.
"Saya mendekor ini menggunakan referensi kepada seragam
militer dan peralatan yang digunakan pada PD II sesuai nama kafe ini,"
jelasnya.
Sejak berdiri 2011 lalu, semua bisa masuk ke kafe yang
berada di pertokoan Paskal Hypersquare, Bandung itu. Kafe menyajikan makanan
beragam mulai dari sajian berat dan ringan. "Tidak ada yang berbeda dengan
yang lain," terangnya.
Sejak didirikan, tegas dia, bahwa kafe ini murni mengusung
sebuah pop culture atau seni kontemporer yang mengangkat tema perang dunia ke
II dari sisi Jerman.
"Perlu digaris bawahi bahwa ini murni seni, bukan
ideologi apalagi ekstrimisme dan rasialisme," katanya. Dirinya mengaku sangat
dirugikan. Padahal untuk membiayai hidupnya tergantung dari kafe itu.
"Saya sekarang menganggur karena tidak punya kegiatan
lain lagi," sesal Henry ketika itu.
2.Warung Kedai 24
gunakan nama menu porno
- Sebuah warung Kedai 24 yang berada di Jalan Damai,
Ngaglik, Sleman, Yogyakarta mendapat protes dari Forum Komunikasi Psikolog
Puskesmas Se-Kabupaten Sleman. Hal ini karena nama menu di Kedai 24 berbau
pornografi.
Protes tersebut disebarkan melalui pesan broadcast BBM.
Dalam pesan tersebut disampaikan keberatan atas penulisan menu yang vulgar.
"Saat ini kami dari forum komunikasi psikolog puskesmas
se kabupaten sleman merasa resah dengan usaha Kedai 24 yang menggunakan konsep
menu 'vulgar' di setiap nama pada makanan dan minuman yg dijual. Sehingga kami
merasa perlu mengkoreksi konsep tsb," bunyi pesan dari warga
mengatasnamakan Forum Komunikasi Psikolog Puskesmas Se-Kabupaten Sleman.
Dari pantauan merdeka.com, nama menu-menu yang disajikan
dalam daftar menu Kedai 24 merupakan singkatan-singkatan dari masakan seperti
Sodomie (Semangkok olahan Indomie), Pelacur (Pemusnah Lapar Cukup Rasional),
Gigolo (Gerombolan Nasi Goreng Sesuka Lo), Peniz (Spesial Nasi Soziz) dan
lainnya.
Lewat pesan BBM tersebut mereka juga menuntut agar pemilik
Kedai 24 mengganti nama menu makanan, konsep warung, dekorasi dan interior.
Pemilik Kedai 24, Arismanto membantah jika nama-nama menu
makanan dan minuman pada warungnya berbau porno. Menurutnya nama-nama tersebut
justru bernilai seni.
Hal tersebut diungkapkan Arismanto kepada Kanit PPA (Perlindungan
Perempuan dan Anak) Polres Sleman, Aiptu Eko Mei saat mediasi dengan perwakilan
Forum Komunikasi Psikolog Puskesmas Kabupaten Sleman Novi Herdalina di Polres
Sleman, Senin (30/3).
"Perdebatan panjang tadi, kalau Arismanto bilang itu
bernilai seni, kalau backgroundnya dia lulusan UGM kayanya ada terkait
seni," kata Eko pada wartawan.
Selain itu, lanjut Eko, pemilihan nama tersebut diduga untuk
mencari sensasi supaya warung tersebut laris. "Tujuannya cari sensasi biar
laris," tegasnya.
Meski demikian Eko menolak alasan tersebut. Menurutnya
nama-nama menu makanan yang berbau porno tersebut akan menimbulkan dampak yang
buruk bagi anak-anak.
"Nama-nama itu bisa memicu tidak pidana asusila,
perbuatan cabul banyak kasusnya, pemicunya salah satunya seperti ini. Waktu
saya ke sana, ada dua anak SMP datang, pakai kerudung. Padahal nama menunya
seperti itu," tandasnya.
Ingin usaha kafe Anda terkenal? Mungkin cukup sulit, tapi itu semua bisa jadi mudah jika Anda menggunakan Greenpack! Apa itu Greenpack? Coba baca lebih lanjut tentang Greenpack di sini http://www.greenpack.co.id
ReplyDelete